Rabu, 02 Juni 2010

Ma'rifatullah





Pentingnya Mengenal Allah

Sinopsis
Ma'rifatullaah atau mengenal Allah adalah hal utama yang harus disempurnakan oleh seorang muslim. Para mad'u yang terlibat di dalam dakwah harus memahami dan mengenal Allah dengan benar (shahih). Harus tertanam di dalam hati sanubari bahwa Allah adalah Rabb sekalian alam. Walaupun setiap manusia telah bersaksi bahwa Allah sebagai Rabb (Surat 7:172) dan hadits nabi yang mengatakan bahwa jiwa manusia adalah fitrah.

Keyakinan ini harus bersandar kepada berbagai dalil dan bukti yang kuat agar menghasilkan peningkatan iman dan takwa, juga pribadi merdeka dan bebas. Pengenalan kepada Allah SWT telah dikuatkan oleh banyak dalil yang tidak terbantahkan. Oleh karena itu pentingnya mengenal Allah karena dorongan dalil dan bukti-bukti tersebut. Beberapa dalil yang menguatkan keberadaan Allah tersebar dalam dalil naqli, dalil aqli dan dalil fitri. Dalil-dalil ini akan menambah keyakinan kepada Allah dan keyakinan ini lahir dari pengenalan yang mantap terhadap Allah.

Mengapa kita perlu mengenal Allah SWT? Karena dengan mengenal Allah kita akan mendapatkan banyak kebaikan di antaranya adalah peningkatan iman dan takwa. Di samping itu dengan mengenal Allah akan tumbuh ketenangan, keberkatan dan kehidupan yang baik, serta di akhirat dibalas dengan surga Allah. Semua ini berujung pada keridhaan Allah SWT

PENTINGNYA MENGENAL ALLAH
1. Mengetahui Tujuan Hidupnya
Seorang yang mengenal Allah SWT (Ma'rifatullah) pasti akan tahu tujuan hidupnya, tujuan mengapa ia diciptakan dan untuk apa ia berada di atas dunia ini. Oleh sebab itu ia tidak akan tertipu oleh kemilaunya dunia, tidak akan terpedaya oleh harta benda dunia. Sebaliknya, seseorang yang tidak mengenai Allah, tentu ia akan terpedaya dan terpukau oleh indahnya dunia seperti diterangkan dalam firman Allah:
“Hai golongan jin dan manusia, apakah belum datang kepadamu rasul-rasul dari golongan kamu sendiri, yang menyampaikan kepadamu ayat-ayat-Ku dan memberi peringatan kepadamu terhadap pertemuanmu dengan hari ini Mereka berkata:"Kami menjadi saksi atas diri kami sendiri", kehidupan dunia telah menipu mereka, dan mereka menjadi saksi atas diri mereka sendiri, bahwa mereka adalah orangorang yang kafir.“ (QS. 6:130)
“Pada gilirannya orang itu menghabiskan umurnya untuk mencari dunia, menikmatinya bak binatang.“ (QS. 47:12)
2. Merasakan Keluasan Hidup
Seorang yang mengenal Allah akan merasakan kehidupan yang lapang walau bagaimanapun keadaannya. Seandainya ia seorang miskin ia akan sabar, sebab ia tahu bahwa dibalik kehidupan fana ini ada kehidupan baqa (abadi), tempat kenikmatan. Seandainya ia seorang kaya ia bersyukur, sebab harta yang ada padanya sekarang ini hanyalah titipan Allah yang diamanatkan padanya.
Sabda Rasulullah, “Sungguh sangat menakjubkan urusan orang mukmin itu, sesungguhnya seluruh urusannya baik dan hal yang demikian itu tidak terdapat pada seorang pun kecuali hanya pada diri orang mukmin. Bila diberi nikmat ia bersyukur, yang demikian itu baik baginya, dan bila ditimpa musibah ia bersabar, hal yang demikian juga baik baginya ”. (HR. Muslim).
Lain halnya seorang yang tidak rnengenal Allah. ia akan merasakan kehidupan dunia ini sempit bagaimana pun keadaannya. Firman Allah: “Dan barangsiapa yang berpaling dari peringatan-Ku, maka sesungguhnya baginya penghidupan yang sempit, dan Kami akan
menghimpunkannya pada hari kiamat dalam keadaan buta". (QS. 20:124)
3. Berjalan Menuju Ridha Allah
Seorang yang mengenal Allah akan selalu mengharap ridha-Nya dalam setiap perbuatannya, dalam perjalanan hidupnya ia tidak akan berbuat sesuatu kecuali bila hal itu diridhai Allah SWT. Lain halnya dengan orang yang tidak mengenal Allah. Ia berbuat berdasarkan kemauan syahwat dan kehendak hawa nafsunya. Jadilah hawa nafsunya Tuhan selain Allah, yang memerintah dan melarangnya. Firman Allah: Terangkanlah kepadaku tentang orang yang menjadikan hawa nafsunya sebagai Ilahnya. Maka apakah kamu dapat menjadi pemelihara atasnya? (QS. 25:43)



PENJABARAN

1. Ahammiyyah Ma'rifatullaah (Pentingnya Mengenal Allah)
• Ada Riwayat yang menyatakan bahwa hal pertama yang harus dilaksanakan dalam agama adalah mengenal Allah (awwaluddin ma'rifatullaah). Dengan mengenal Allah, kita akan mengenal diri. Siapakah kita? Bagaimana kedudukan kita dibandingkan dengan makhluk-makhluk lain? Apakah sama misi hidup kita dengan binatang? Apakah tanggung-jawab kita dan kemanakah akhir hidup kita? Semua pertanyaan itu akan terjawab secara tepat setelah kita mengenal Allah sebagai Rabb dan Ilah Yang Mencipta, Yang Menghidupkan, Yang Mematikan dan seterusnya.
• Dengan mengenal Allah, kita akan mendapatkan banyak keuntungan di dunia dan akhirat. Oleh karena itu sangat perlu kita mengenal Allah. Selain itu, perlunya mengenal Allah karena begitu banyak dalil yang terhampar di sekitar kita yang tidak mungkin dinafikan baik secara akal sehat ataupun dengan berbagai pendekatan ilmu.
• Apabila At Quran menggunakan sighah amar (perintah) maka wajib bagi kita menyambut perintah tersebut. Dalam konteks ini, mengetahui atau mengenali Allah (ma'rifatullaah) adalah wajib.
• Mengenal Allah dengan mentadaburi ayat-ayat Nya adalah sangat penting dan utama agar selamat dari api neraka.
Dalil
• Q. 47:19.

Maka ketahuilah, bahwa sesungguhnya tidak ada Tuhan (Yang Haq) melainkan Allah dan mohonlah ampunan bagi dosamu dan bagi (dosa) orang¬orang mukmin, laki-laki dan perempuan. Dan Allah mengetahui tempat kamu berusaha dan tempat tinggalmu.
• Q. 3:18.

Allah menyatakan bahwasanya tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang menegakkan keadilan. Para malaikat dan orang-orang yang berilmu (juga menyatakan yang demikian itu). Tak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia, Yang Maha Perkasa lagi Maha Bijaksana.
• Hadits. Ibnu Abi Hatim meriwayatkan dengan sanadnya yang sampai kepada Zubeir, dia berkata, "Ketika Rasulullah SAW membaca ayat, `Allah mempersaksikan bahwa tiada tuhan selain Dia, demikian para malaikat mempersaksikan', saya mendengar beliau mengatakan, "Ya Tuhanku, aku pun mempersaksikan"(HR Ibnu Hatim).
• Q. 22:72-73.

Dan apabila dibacakan di hadapan mereka ayat-ayat Kami yang terang, niscaya kamu melihat tanda-tanda keingkaran pada muka orang-orang yang kafir itu. Hampir-hampir mereka menyerang orang-orang yang membacakan ayat-ayat Kami di hadapan mereka. Katakanlah: "Apakah akan aku kabarkan kepadamu yang lebih buruk daripada itu, yaitu neraka?" Allah telah mengancamkannya kepada orang-orang yang kafir. Dan neraka itu adalah seburuk¬buruknya tempat kembali.

Hai manusia, telah dibuat perumpamaan, maka dengarkanlah olehmu perumpamaan itu. Sesungguhnya segala yang kamu seru selain Allah sekali-kali tidak dapat menciptakan seekor lalatpun, walaupun mereka bersatu untuk menciptakannya. Dan jika lalat itu merampas sesuatu dari mereka, tiadalah mereka dapat merebutnya kembali dari lalat itu. Amat lemahlah yang menyembah dan amat lemah (pulalah) yang disembah.
• Hadits. Dari Abu Zur'ah, dari Abu Hurairah RA, dari Nabi SAW, "Allah Taala berfirman, "Tiada yang lebih zalim selain orang yang berusaha menciptakan makhluk seperti ciptaanKu. Hendaklah dia menciptakan sebiji jagung atau sebiji gandum" (HR Syaikhani).
• Q. 39:67.

Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya padahal bumi seluruhnya dalam genggaman-Nya pada hari kiamat dan langit digulung dengan tangan kanan-Nya. Maha Suci Tuhan dan Maha Tinggi Dia dari apa yang mereka persekutukan.
• Hadits. Abdullah bin Mas'ud RA berkata, "Salah seorang pendeta menghadap Rasulullah kemudian berkata, "Wahai Muhammad, sesungguhnya kami telah mendapatkan informasi bahwa Allah SWT telah menciptakan langit dengan satu jari, bumi dengan satu jari, pohon-pohon dengan satu jari, air dan tanah dengan satu jari, dan semua makhluk yang lainnya dengan satu jari. Kemudian Dia berfirman, `Akulah penguasa'. Maka tertawalah Rasululiah SAW sehingga gigi taring beliau tampak, membenarkan perkataan pendeta tersebut. Kemudian Rasulullah SAW membacakan ayat `Dan mereka tidak mengagungkan Allah dengan pengagungan yang semestinya, padahal bumi seluruhnya dalam pengamanan-Nya pada hari kiamat" (HR Bukhari).

2. A1 Maudhuu' (Fokus Pembahasan) - Allaah Rabb Al-`Aalamiin (Allah Pencipta Alam)
• Fokus pembahasan ma'rifatullaah, adalah berbicara tentang Rabb, Malik dan Roh. Kata Rabb dalam Al Quran berarti bahwa Allah sebagai Pencipta, Pemilik, Pemelihara dan Penguasa. Sedangkan kata Ilah mengandung arti bahwa Allah¬lah yang Paling dicintai, yang Paling ditakuti dan sebagai Sumber Pengharapan. Dalil nya Surat An-Naas: 1-3.
• Namun demikian, fokus yang didahulukan untuk difahami adalah Allah sebagai Rabb. Inilah fokus awal pembahasan ma'rifatullaah. Jika kita menguasai dan menghayati keseluruhan tema ini, artinya kita telah mampu menghayati makna ketuhanan yang sebenarnya. Dengan mengenal Allah sebagai Rabb maka individu akan kembali kepada fitrahnya yang mengakui Allah sebagai Rabb, dengan demikian berikutnya akan mudah memahami Allah sebagai Malik dan Ilah.

Dalil
• Q. 13:16.

Katakanlah: "Siapakah Rabb langit dan bumi? Jawabnya: " Allah". Katakanlah: Maka patutkah kamu mengambil pelindung-pelindung (wali) dari selain Allah, padahal mereka tidak mendapatkan manfaat dan tidak pula kemudaratan bagi diri mereka sendiri? Katakanlah: "Adakah sama orang buta dan orang yang melihat, atau samakah gelap gulita dan terang benderang; apakah mereka menjadikan beberapa sekutu bagi Allah yang dapat menciptakan seperti ciptaan-Nya sehingga kedua ciptaan itu serupa menurut pandangan mereka?" Katakan-lah:"Allah adalah Pencipta segala sesuatu dan Dia-lah Tuhan Yang Maha Esa lagi Maha Perkasa".
• Q. 6:12.

Katakanlah: "Kepunyaan siapakah apa yang di langit dan di bumi?" Katakanlah: "Kepunyaan Allah". Dia telah menetapkan atas diri-Nya kasih sayang. Dia sungguh-sungguh akan menghimpun kamu pada Hari Kiamat, yang tidak ada keraguan terhadapnya. Orang-orang yang merugikan dirinya, maka mereka tidak beriman.
• Hadits. Dari Abu Hurairah RA berkata, Rasulullah SAW bersabda, "Setelah Allah menciptakan makhluk, menulis sebuah pernyataan di sisi Nya di Atas `Arsy, RahmatKu mengalahkan kemurkaanKu" (HR Bukhari dan Muslim).
• Q. 6:19.

Katakanlah: "Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?" Katakanlah: "Allah". Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Al Quran ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang¬orang yang sampai Al Quran kepadanya. Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan yang lain di samping Allah?" Katakanlah: "Aku tidak mengakui". Katakanlah: "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas did dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah) ".
• Hadits. Dari Qatadah berkata Rasulullah SAW bersabda, "Sampaikanlah informasi dari Allah. Barangsiapa yang menerima sebuah ayat dari kitab Allah, berarti perintah Allah telah sampai kepadanya."
• Q. 27:59.

Katakanlah: Segala puji-pujian itu adaiah hanya untuk Allah dan Salam sejahtera ke atas hamba-hambanya yang dipilih. Adakah Allah yang paling baik ataukah apa yang mereka sekutukan.
• Q. 24:35.

Allah (Pemberi) cahaya (kepada) langit dan bumi. Perumpamaan cahaya Allah, adalah seperti sebuah lubang yang tak tembus, yang di dalamnya ada pelita besar. Pelita itu di dalam kaca (dan) kaca itu seakan-akan bintang (yang bercahaya) seperti mutiara, yang dinyalakan dengan minyak dari pohon yang banyak berkahnya, (yaitu) pohon zaitun yang tumbuh tidak di sebelah timur (sesuatu) dan tidak pula di sebelah barat (nya), yang minyaknya (saja) hampir-hampir menerangi, walaupun tidak disentuh api. Cahaya di atas cahaya (berlapis-lapis), Allah membimbing kepada cahaya-Nya siapa yang Dia kehendaki, dan Allah memperbuat perumpamaan-perumpamaan bagi manusia, dan Allah Maha Mengetahui segala sesuatu.
• Hadits. Dari Ibnu Umar RA berkata Rasulullah SAW bersabda, "Allah Taala menciptakan makhlukNya dalam kegelapan. Kemudian Dia memberikan sebagian cahayaNya kepada mereka pada saat itu. Barangsiapa yang terkena cahayaNya pada saat itu, maka dia beroleh petunjuk. Dan barangsiapa yang tidak terkena cahayaNya, maka dia sesat. Karena itu, aku berkata, "Penulisan atas pengetahuan Allah Azza Wa Jalla telah dihentikan" (HR Ahmad).
• Q. 2:255.

Allah, tidak ada Tuhan (yang berhak disembah) melainkan Dia Yang Hidup kekal lagi terus menerus mengurus (makhluk-Nya); tidak mengantuk dan tidak tidur. Kepunyaan-Nya apa yang di langit dan di bumi. Tiada yang dapat memberi syafaat di sisi Allah tanpa izin-Nya. Allah mengetahui apa-apa yang di hadapan meteka dan di belakang mereka, dan mereka tidak mengetahui apa-apa dari ilmu Allah melainkan apa yang dikehendaki-Nya. Kursi Allah meliputi langit dan bumi. Dan Allah tidak merasa berat memelihara keduanya, dan Allah Maha Tinggi lagi Maha Besar.
• Hadits. Imam Ahmad bin Hanbal meriwayatkan dari Ubai bin Ka'ab, "Sesungguhnya Rasulullah SAW bertanya kepada Ubai, "Ayat apakah di dalam Al Quran yang paling Agung?" Ubai menjawab, "Allah dan Rasulnya yang paling tahu." Nabi mengulang-ulangi pertanyaan itu. Kemudian bersabda, "Yaitu Ayat Kursi, Hai Abu Mundzir, kegiatanmu mencari Ilmu akan melemahkanmu. Demi Zat yang diriku ada dalam kekuasaanNya, sesungguhnya ayat kursi ini memiliki lidah dan dua bibir yang menyucikan kerajaan Allah di sisi "Arsy" (HR Muslim).

3. Quwwah Ad-Daliil (Dalil-Dalil Yang Memperkuat Makrifatullah)

• Ma'rifatullah yang shahih dan tepat harus bersandarkan kepada dalil-dalil dan bukti-bukti kuat yang telah disiapkan Allah untuk manusia dalam berbagai bentuk, agar manusia berfikir dan menilai.
• Banyak ayat Al Quran tentang fenomena alam diakhiri dengan kalimat tanya, "Tidakkah kamu berfikir, tidakkah kamu melihat, tidakkah kamu mendengar" dan sebagainya. Pertanyaan-pertanyaan itu mengarahkan kita pada satu pandangan konkrit bahwa semua alam ini adalah milik Allah dan diatur oleh Allah SWT

A. Ad-Daliil An-Naqli (Bukti Al Quran)
• Begitu banyak dalil-dalil yang berada di dalam Al Quran menguatkan keberadaan Allah SWT sebagai tuhan Pencipta, Pemelihara, Penguasa dan Pengatur alam semesta. Dalil naqli berarti rujukan yang berasal di dalam Al Quran. Allah SWT menjadikan rasul Muhammad SAW sebagai tauladan dalam mengamalkan nilai¬nilai A1 Quran. Oleh karena itu keberadaan Allah sangatlah kuat dengan merujuk kepada Quran dan Sunah.

Dalil
• Q. 6:19.

Katakanlah: "Siapakah yang lebih kuat persaksiannya?" Katakanlah: "Allah. Dia menjadi saksi antara aku dan kamu. Dan Al Quran ini diwahyukan kepadaku supaya dengannya aku memberi peringatan kepadamu dan kepada orang¬orang yang sampai A1 Quran (kepadanya). Apakah sesungguhnya kamu mengakui bahwa ada tuhan-tuhan yang lain di samping Allah?" Katakanlah: "Aku tidak mengakui". Katakanlah: "Sesungguhnya Dia adalah Tuhan Yang Maha Esa dan sesungguhnya aku berlepas diri dari apa yang kamu persekutukan (dengan Allah) ".
• Hadits. Dari Qatadah berkata Rasulullah SAW bersabda, "Sampaikanlah informasi dari Allah. Barangsiapa yang menerima sebuah ayat dari kitab Allah, berarti perintah Allah telah sampai kepadanya."

B. Ad-Daliil Al-`Aqli (Bukti Rasional)
• Selain dikuatkan oleh dalil naqli yang berasal dari Quran maka wujud Allah dapat dibuktikan melalui pendekatan akal atau rasional. Beberapa ayat Al Quran juga memberikan suatu isyarat tentang rasionalitas keberadaan Allah SWT Kejadian langit, bumi dan pertukaran siang malam menjadi bukti bagi orang yang berakal. Begitu pula dengan isyarat-isyarat lainnya yang ada di dalam Al Quran seperti ciptaan-ciptaan Allah di bumi dan di langit serta kehebatan-kehebatan yang Allah miliki. Semuanya itu dapat diterima secara rasional. Selain terdapatnya isyarat di dalam Al Quran tentang keberadaan Allah maka buktipun menunjukkan di alam semesta.

Dalil
• Q. 3:190.

Sesungguhnya dalam penciptaan langit dan bumi, dan silih bergantinya malam dan siang terdapat tanda-tanda bagi orang-orang yang berakal.
• Prof. Harshell, seorang ahli Ilmu Falak bangsa Inggris berkata, "Setiap bidang ilmu pengetahuan itu makin meluas, maka semakin bertambah pulalah bukti¬- bukti yang memastikan dan lebih mengokohkan perihal adanya zat yang Maha Menciptakan, juga Maha Dahulu yang tidak ada batas untuk kekuasanNya dan pula tidak akan ada habisnya yakni kekal selama-lamanya.
• Dr. Wets, seorang ahli kimia bangsa Prancis berkata, "Jikalau pada suatu ketika aku merasa bahwa keimananku kepada Allah agaknya kurang mantap dan agak bergoncang, maka segeralah aku menujukan arah perhatianku kepada ilmu pengetahuan agar keimanan itu kembali kokoh dan kuat senantiasa.

C. Ad-Daliil AI-Fithri (Bukti Fitrah)
• Keberadaan Allah juga diakui secara fitrah oleh setiap manusia khususnya pengakuan Allah sebagai Rabb Pencipta alam semesta. Had nurani manusia yang cenderung kepada kebaikan dan kebenaran dapat mengarahkan individu untuk mengakui keberadaan Allah SWT

Dalil
• Q. 7:172.

Dan (ingatlah), ketika Tuhanmu mengeluarkan keturunan anak-anak Adam dari sulbi mereka dan Allah mengambil kesaksian terhadap jiwa mereka (seraya berfirman): "Bukankah Aku ini Tuhanmu?" Mereka menjawab: "Betul (Engkau Tuhan kami), kami menjadi saksi". (Kami lakukan yang demikian itu) agar di hari kiamat kamu tidak mengatakan: "Sesungguhnya kami (bani Adam) adalah orang-orang yang lengah terhadap ini (keesaan Tuhan)".
• Hadits. Dari Anas bin Malik RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Pada hari kiamat dikatakan kepada seorang penghuni neraka, "Bagaimana jika kamu memiliki sesuatu di bumi, apakah kamu akan menebus diri dengannya?" Orang itu menjawab, "Ya" Allah berfirman, "Aku menghendaki darimu sesuatu yang lebih ringan daripada tebusan itu. Aku telah mengambil janji dari mu ketika berada dalam sulbi Adam agar kamu jangan menyekutukan Aku dengan apapun, lalu kamu menolak dan kamu menyekutukan Aku" (HR Ahmad).

4. Ats-Tsamrah (Hasil) Ziyaadah Al-Iimaan Wa At-Taqwa (Meningkatkan Iman dan Takwa)
• Apabila kita betul-betul mengenal Allah dengan dalil-dalil yang kuat, maka hubungan kita dengan Allah menjadi lebih akrab. Apabila kita dekat dengan Allah, Allah lebih dekat kepada kita.
• Setiap ayat Allah (qauliah maupun kauniah) akan menjadi bahan berfikir dan penambah keimanan serta ketakwaan. Dari sini akan menghasilkan hamba yang merdeka, tenang, penuh keberkatan dan kehidupan yang baik. Surga adalah tempat abadi yang telah dijanjikan oleh Allah bagi yang telah diridhaiNya.
• Hasil dari pengenalan kepada Allah adalah bertambahnya iman dan takwa sehingga mendapatkan kebahagiaan di dunia dan di akhirat. Di antara kebahagiaan dunia adalah dapat memberikan ketenangan, memberikan keamanan, mendapatkan kebebasan, memperoleh keberkahan, menjadi pemimpin dunia, dan mendapatkan kehidupan yang baik. Manakala kebaikan di akhirat kita akan dimasukkan ke dalam surga dan mendapatkan keridhaan dari Allah.

A. Al-Hurriyah (Kebebasan)
• Mengenal Allah berarti menyerahkan dirinya dan semua urusannya kepada Allah. Dengan mengenal Allah akan timbul keyakinan kepada takdir dan menjadikan diri kita hanya bergantung kepada sang Pencipta saja. Dengan demikian kita menjadi bebas dari segala tuntutan hawa nafsu yang dapat membelenggu diri kita dan juga lepas dari segala ikatan yang membuat kita sangat bergantung dan menjadi tidak aman.
• Mengenal Allah menjadikan diri kita aman karena hanya kepada Allah saja kita bergantung. Keimanan tanpa mencampuradukkan keyakinan dengan yang lain membuat did kita bebas dari belenggu keduniaan sehingga merasakan kebebasan dari segala sesuatu yang tidak perlu dipertuhankan dan mempertuhankan hanya kepada Allah saja.

Dalil
• Q. 6:82.

Orang-orang yang beriman dan tidak mencampuradukkan iman mereka dengan kezaliman (syirik), mereka itulah orang-orang yang mendapat keamanan dan mereka itu adalah orang-orang yang mendapat petunjuk.
• Hadits. Al-Bukhari meriwayatkan dari Abdullah bin Mas'ud dia berkata, "Tatkala ayat dan mereka tidak mencampurkan keimanannya dengan kezaliman," maka para sahabat bertanya, "Kapankah kita tidak menzalimi diri ?" maka diturunkanlah ayat, "Sesungguhnya Syirik itu benar-benar merupakan kezaliman yang besar."

B. Ath-Thumamiinah (Memberikan Ketenangan)
• Mengenal Allah akan menuntut kita untuk ingat kepada-Nya melalui dzikir dan menjalankan ibadah. Ketenangan akan diperoleh dengan mengingatNya. Allah SWT berfirman tentang orang-orang yang beriman akan mendapatkan ketentraman hati.
• Bahkan dalam surat yang lain disebutkan bahwa hanya dengan mengenal Allah, hati menjadi tenang. Cara lain selain mengingat Allah, hati belum tentu tenang dan tenteram. Dengan demikian kepentingan kita mengenal Allah adalah untuk kepentingan kita sendiri.

Dalil
• Q. 13:28.

Orang-orang yang beriman dan had mereka menjadi tenteram dengan mengingat Allah. Ingatlah, hanya dengan mengingat Allah-lah hati menjadi tenteram.

C. Al-Barakaat (Keberkahan)

• Allah akan melimpahkan keberkahan kepada manusia yang beriman dan bertakwa, ini merupakan janji Allah. Iman dan takwa hanya diperoleh dari pengenalan dan pemahaman kita kepada Allah dan kemudian mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari.

Dalil
• Q. 7:96.

Jikalau sekiranya penduduk negeri-negeri beriman dan bertakwa, pastilah Kami akan melimpahkan kepada mereka berkah dari langit dan bumi, tetapi mereka mendustakan (ayat-ayat Kami) itu, maka Kami siksa mereka disebabkan perbuatannya.

D. Al-Hayaah Ath-Thayyibah (Kehidupan yang Baik)
• Kehidupan yang baik untuk diukur dari materi. Banyak mereka yang mempunyai kecukupan dan kelebihan materi tetapi tidak mendapatkan kehidupan yang baik. Hidup mereka susah, tidak tenang, tidak tenteram, gelisah dan merasakan kekurangan terus menerus.
• Kehidupan yang baik adalah kehidupan yang tenang walaupun tidak mempunyai kecukupan materi, kita mempunyai kedamaian hati. Dapat mengatasi berbagai masalah kehidupan manusia dan dunia dengan iman dan amal saleh.

Dalil
• Q. 16:97.

Barangsiapa yang mengerjakan amal saleh, baik lelaki maupun perempuan dalam keadaan beriman, maka sesungguhnya Kami berikan kepadanya kehidupan yang baik dan sesungguhnya akan Kami beri balasan kepada mereka dengan pahala yang lebih baik dari apa yang telah mereka kerjakan.
• Hadits. Imam Ahmad meriwayatkan dari Anas bin Malik, dia berkata bahwa Rasulullah SAW bersabda,"Allah tidak menzalimi suatu kebaikan bagi seorang mukmin. Kebaikan itu diberikan kepadanya di dunia dan diberikan pula pahalanya di akhirat. Adapun orang kafir, maka dia diberi makan di dunia karena aneka kebaikannya, sehingga apabila dia telah tiba di akhirat, maka tiada satu kebaikan pun yang membuahkan pahala" (HR Muslim).

E. Al-Jannah (Surga)
• Kepentingan mengenal Allah juga akan mengantarkan kita ke surga. Mengimani Allah mesti diikuti dengan melaksanakan amal saleh. Misalnya kita telah mengenal Allah tentang berbagai kebaikanNya yang diberikan kepada manusia seperti rezeki, kesehatan, kehidupan, anak, pekerjaan, makan, minum dan banyak lagi kebaikan Allah lainnya. Dengan mengenal kebaikan Allah maka sangat tidak wajar kita tidak berterima kasih dan tidak bersyukur kepada Allah, oleh karena itu rasa syukur kita perlu diwujudkan dalam amal saleh dan ibadah.
• Dengan amal saleh dan ibadah maka kita akan masuk surga sebagai bagian dari kehidupan di akhirat kelak nanti.

Dalil
• Q. 10:25-26.

Allah menyeru (manusia) ke Darussalam (surga), dan menunjuki orang yang dikehendaki-Nya kepada jalan yang lurus (Islam).


Bagi orang-orang yang berbuat baik, ada pahala yang terbaik (surga) dan tambahannya. Dan muka mereka tidak ditutupi debu hitam dan tidak (pula) kehinaan. Mereka itulah penghuni surga, mereka kekal di dalamnya.
• Hadits. Dari jabir bin Abdillah RA dia berkata , "Suatu ketika Rasulullah SAW datang kepada kami, beliau bersabda, "Aku bermimpi seolah-olah malaikat Jibril di dekat kepalaku dan Mika'il di dekat kakiku. Yang satu berkata kepada yang lain, "Buatlah perumpamaan untuknya! Malaikat yang satu lagi berkata,"Dengarlah dengan pendengaran telingamu dan pahamilah dengan Pemahaman hatimu. Sesungguhnya perumpamaan kamu dan umatmu adalah seperti seorang raja yang membangun wilayah. Kemudian dia mendirikan rumah di sana lalu menyelenggarakan perjamuan. Kemudian dia mengirim seorang utusan untuk mengundang khalayak ke perjamuannya. Maka di antara mereka ada yang memenuhi seruan itu, dan ada yang tidak. Raja itu adalah Allah. Wilayah itu adalah Islam. Rumah itu adalah surga. Dan utusan itu adalah kamu, hai Muhammad. Baraag siapa yan, memenuhi seruanmu maka dia masuk Islam. Barangsiapa yang masuk Islam maka dia masuk surga. Dan barangsiapa yang masuk surga maka dia akan memakan hidangannya' (HR Ibnu Jarir).

E Mardhaatillaah (Keridhaan Allah)
• Allah SWT akan ridha kepada kita apabila kita ridha menjalankan semua perintahNya. Hanya individu yang kenal Allah saja yang akan ridha menjalankan semua perintahNya. Dengan demikian balasan dari Allah kepada yang ridha kepadaNya adalah keridhaan Allah seperti memasukkan kita ke dalam surga yang segala kenikmatan hidup ada di dalamnya.

Dalil
• Q. 98:8.

Balasan mereka di sisi Tuhan mereka ialah surga Adn yang mengailir di bawahnya sungai-sungai, mereka kekal di dalamnya selama-lamanya. Allah ridha terhadap mereka dan merekapun ridha kepada-Nya. Yang demikian itu adalah (balasan) bagi orang-orang yang takut kepada Tuhannya.
• Hadits. Diriwayatkan oleh Imam Ahmad dari Abu Hurairah RA bahwa Rasulullah SAW bersabda, "Maukah aku beritahukan kepadamu tentang makhluk yang paling baik?" Mereka menjawab, "Tentu saja, ya Rasulullah!” Rasululullah kemudian berkata, "Adalah seseorang yang memegang tali kekang kudanya untuk dipacu di jalan Allah; setiap kali terdengar suara teriakan musuh, dia segera duduk di atasnya. Maukah aku beritahukan lagi siapakah makhluk yang paling baik?" Mereka mengatakan, "Tentu saja, ya Rasulullah." Rasulullah bersabda, "Seseorang yang berada di tengah-tengah kambing gembalaannya, namun dia mengerjakan shalat dan menunaikan zakat. Dan maukah aku beritahukan kepada kalian makhluk yang paling buruk?" Mereka menjawab, "Tentu saja, ya Rasulullah!" Kata Rasulullah SAW, "Yaitu seseorang yang diminta untuk kepentingan agama Allah, namun dia tidak mau memberikannya" (HR Ahmad).

Ringkasan Dalil

• Kepentingan ma'rifatullaah (Q. 47:19, 3:18, 22:72-73, 39:67)
• Tema pembicaraan ma'rifatulIaah - Allah Rabbul Alamin (Q.13:16,6:12,19,2 7:59, 24:35, 2:255)
• Didukung daiil yang kuat:
• Naqli (Q. 6:19)
• Aqli (Q. 3:190)
• Fitri (Q. 7:172, 75:14-25)
• Dapat menghasilkan peningkatan iman dan takwa
• Kemerdekaan (Q. 6:82)
• Ketenangan (Q. 13:28)
• Berkah (Q. 7:96)
• Kehidupan yang baik (Q. 16:97)
• Surga (Q. 10:25-26)
• Mardhatillaah (Q. 98:9)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar